Semrawut Infrastruktur di Kota Serang
KONTRASBANTEN.COM, KOTA SERANG - Kota Serang merupakan ibukota Provinsi Banten. Oleh karena itu Kota Serang sudah seharusnya maju di berbagai sektor baik ekonomi, sosial, maupun infrastruktur. Namun dibalik gelar ibukota yang disandangnya realitas yang tampak di Kota Serang justru menunjukkan sebaliknya. Kota Serang masih jauh dari kata maju.
Dari berbagai sektor yang ada, sektor infrastruktur rasa-rasanya layak mendapat perhatian tersendiri. Khusus dalam artikel ini penulis akan menyoroti tiga infrastruktur yakni perangkat jalan, infrastruktur pengelolaan sampah, dan Pasar Induk Rau. Ketiganya menjadi penting diulas karena sangat berkontribusi terhadap maraknya kasus banjir di kota Serang.
Perangkat Jalan
Kondisi perangkat jalan raya di kota Serang masih jauh dari kata memadai. Perangkat yang penulis maksud dalam artikel ini adalah elemen yang terdapat di jalan raya yang meliputi badan jalan, trotoar, hingga drainase.
Pada prinsipnya, badan jalan merupakan elemen penting yang harus dikelola secara baik dan tepat sehingga kualitas maupun pengadaannya sesuai dengan yang diharapkan. Namun pengamatan penulis di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Pertama, masih banyak jalan berlubang di berbagai sudut kota. Salah satu contoh kecil yang menggelitik adalah jalan di depan kantor Walikota Serang. Jika kita berkunjung kesana maka kita akan menemukan beberapa lubang menganga yang akan tergenang ketika hujan turun. Contoh lainnya yakni jalan raya depan TPU Kemang.
Kedua, badan jalan sebagai tempat parkir. Selain kurang memadai, badan jalan juga sering disalahgunakan oleh masyarakat sebagai tempat parkir. Akibatnya badan jalan yang harusnya bisa digunakan oleh dua baris kendaraan sekaligus berubah menjadi satu baris saja. Hal yang paling menjengkelkan adalah meskipun si pengendara nakal tersebut sudah tahu bahwa aksinya memarkir kendaraan di badan jalan mengganggu pengendara lain namun si pengendara nakal tersebut tetap keukeh memarkir kendaraannya di badan jalan.
Selain badan jalan, keberadaan trotoar di Kota Serang juga masih kurang memadai. Temuan penulis menunjukkan bahwa masih banyak jalan raya yang tidak memiliki trotoar. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat pejalan kaki harus menggunakan bahu jalan ketika berjalan kaki dengan resiko terserempet pengendara sepeda motor.
Di samping itu trotoar di kota Serang juga kerap mengalami disfungsi. Trotoar yang harusnya berfungsi sebagai tempat melintas para pejalan kaki, tak jarang malah digunakan sebagai tempat berjualan para PKL, tempat parkir, hingga tempat melintas kendaraan roda dua.
Sebut saja di sepanjang Jalan Syech Nawawi Al Bantani, kita akan dengan mudah menemukan trotoar yang digunakan sebagai tempat parkir dan tempat berjualan. Akibatnya para pejalan kaki harus pasrah kehilangan lapaknya, mereka tergusur. Mereka pun pada akhirnya harus menggunakan badan jalan sebagai tempat melintas dengan resiko tersenggol kendaraan yang melintas.
Selanjutnya, drainase. Kondisi drainase di kota Serang tergolong sangat memprihatinkan. Selain kurang terawat, drainase juga kerap menjadi tempat pembuangan sampah. Alhasil ketika hujan deras turun maka masyarakat akan disuguhkan dengan banjir yang menggenangi berbagai sudut jalan di kota Serang, diantaranya Jalan Trip Jamaksari Cinanggung yang jadi langganan banjir.
Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Sampah menjadi masalah klasik di Banten pada umumnya dan kota Serang pada khususnya. Jika kita berkeliling kota Serang maka kita akan dengan mudah menemukan sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Selain kesadaran masyarakat yang masih rendah, maraknya sampah tidak terlepas dari kurang memadainya infrastruktur di sektor pengelolaan sampah. Pengadaan tempat sampah masih sangat terbatas membuat masyarakat membuang sampah di tempat yang tidak semestinya, termasuk di sungai hingga drainase yang kemudian menyebabkan banjir.
Di samping itu Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) masih sangat terbatas jumlahnya. Dari 13 TPST yang tersebar di kota Serang hanya 4 yang masih beroperasi. Akibatnya tempat pembuangan sampah liar bermunculan. Sebagaimana diungkapkan Kepala DLH Kota Serang Farach Richi, ada 90-an titik yang menjadi tempat pembuangan sampah liar di kota Serang.
Pasar Induk Rau
Salah satu daerah yang identik dengan banjir adalah Kawasan Pasar Induk Rau. Banjir yang sering terjadi di kawasan Pasar Induk Rau itu akibat sejumlah faktor. Mulai dari penyempitan saluran drainase, tumpukan sampah, hingga bangunan liar.
Berdasarkan observasi penulis kondisi pasar saat ini belum ada kemajuan yang signifikan. Kurangnya tata kelola pada pasar menjadikan pasar tersebut tidak cukup terawat, mulai dari jalan yang berlubang dan becek hingga bangunannya yang kini sudah cukup kumuh.
Di samping itu banyaknya sampah dan keberadaan bangunan liar yang tidak beraturan membuat Pasar Induk Rau semakin memprihatinkan. Kondisi tersebutlah yang pada akhirnya menyebabkan drainase mengalami penyempitan dan menyebabkan terjadinya banjir. Namun sayang meski sudah menahun dan banyak dikeluhkan, masalah ini belum juga diselesaikan.
Harapan untuk Walikota Terpilih
Selain infrastruktur jalan dan pengelolaan sampah, masih banyak pekerjaan rumah lainnya yang masih harus dikerjakan baik yang belum tersentuh maupun yang masih menggantung penyelesaiannya. Sebut saja revitalisasi jalan penyeberangan orang (JPO) di beberapa lokasi semisal di kawasan Ramayana yang peremajaan, papan reklame yang kurang tertata, peremajaan transportasi umum, hingga penambahan lampu jalan.
Budi-Agis selaku Walikota dan Wakil Walikota Terpilih, tentu diharapkan dapat menyelesaikan persoalan infrastruktur yang ada. Duet Budi-Agis diharapkan mampu memantaskan kota Serang sebagai ibukota provinsi dengan menghadirkan tata kelola kota yang bersih, rapi, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu Budi-Agis harus mampu berkolaborasi dengan semua stakeholder yang ada sehingga kota Serang menjadi kota yang nyaman ditinggali, elok dipandang, dan bahagia rakyatnya sebagaimana janji kampanye keduanya.
Red(Sulastri, Andayani, & Adrian).
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang PSDKU Serang